Oleh: Muh.Nurholis, S.Pd.
Guru
SMP Islam Athirah Bone
Secara
terminologi, literasi adalah suatu
kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah
dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Setiap
orang tidak akan pernah terlepas dari yang namanya berliterasi. Dimanapun dan
kapan pun pasti akan berinteraksi dengan informasi, baik itu cetak, maupun
audio dan audio visual. Kita semua dituntut untuk memiliki kemampuan membaca
dan menulis yang baik.
Pelajar sebagai generasi muda yang akan melanjutkan estafet
pembangunan harus berliterasi. Literasi yang meliputi kecakapan berbahasa,
membaca, dan menulis yang dimiliki pelajar akan berbanding lurus dengan
prestasi akademiknya di sekolah. Berliterasi dengan baik menjadi sangat penting
karena dapat membantu pelajar memahami
teks lisan, tulisan, audio, maupun gambar atau visual. Ragam mata pelajaran
yang ada mengharuskan guru dan siswa
untuk membaca dan menulis dengan baik.
Apalagi perkembangan media pembelajaran yang ada saat ini juga semakin beragam
dan inovatif. Semuanya menuntut
kemampuan literasi yang baik agar siswa dapat memahami apa yang sedang mereka
pelajari sehingga mampu meraih hasil belajar yang optimal. Dengan demikian,
semakin baik literasi siswa, semakin baik pula prestasi belajarnya.
Kegiatan
berliterasi di abad 21 tidaklah cukup dengan membaca dan menulis di atas kertas.
Saat ini kita wajib memiliki “kecakapan literasi”. Menurut Amie Primarni,
kecakapan literasi adalah kecakapan yang
meliputi aspek Berbahasa, Berkomunikasi, Membaca dan Menulis. Kecakapan ini membutuhkan kecerdasan yang terintegrasi
antara kecerdasan Spiritual, Intelektual, emosi dan fisik. Generasi muda yang
hidup di abad 21 dihadapkan pada pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi. Keterbukaan informasi yang nyaris tanpa batas menjadikan pelajar
sebagai generasi muda harus memiliki empat aspek kecakapan literasi tersebut.
Dengan memiliki kecakapan literasi, banyak hal positif yang
bisa diraih generasi muda, khususnya pelajar. Kecakapan literasi tidak hanya
mebantu meraih prestasi belajar di sekolah, tetapi lebih dari itu dapat membuat
mereka tampil sebagai sosok yang mengubah dunia. Apalagi bila mampu
mengolaborasikannya dengan kemajuan Abad 21. Contohnya saja dengan banyak
membaca, siswa dapat menyalurkan aspirasi, menunjukkan ekspresi. Menulis
berbagai hal yang positif, dan ini bisa mereka lakukan di media-media sosial
dan sejenisnya.
Penulis Novel Islami, Helvy Tiana Rossa adalah salah satu
novelis yang muncul dan terkenal berkat kemampuannya menyalurkan aspirasi dan ekspresinya. Dua puluh tahun
yang lalu, Ia suka sekali membaca novel, namun Ia tidak pernah mendapatkan
novel yang isinya islami, atau mengambil tema-tema religi. Yang ia temui hampir
semuanya bernada romantisme, atau horror. Mulailah Ia mempelopori menulis
novelnya sendiri dengan mengambil tema-tema Islami dan motivasi sehingga
menginspirasi banyak penulis-penulis era masa kini seperti Habiburrahman El
Shirazy, Taufiqurrahman el Azizy, Asma Nadia dan masih banyak lagi. Ia mampu
mempelopori dakwah Islami melalui karya sastra, melalui literasi Islami.
Kekuatan literasi sangat dahsyat hingga dapat mengubah dunia
bila dapat dikolaborasikan dengan kemajuan teknologi dan informasi di abad 21.
Salah satu contohnya adalah keluarga Halilintar. Buku yang mereka tulis
berdasarkan pengalaman keluarga laris manis dan menginspirasi banyak orang. Anak-anak
keluarga Halilintar mampu meraup banyak uang dari subscriber mereka di Youtube.
Salah satunya adalah Atta halilintar yang saat ini sudah diikuti lebih dari 11
juta subscriber, dan menjadi yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara untuk akun
personal. Setiap konten yang dibuat tentu menuntut kemampuan menulis yang baik
karena sebelum diterjemahkan menjadi karya berupa vlog, mereka harus menulis
naskahnya terlebih dahulu. Naskah yang baik dan kreatif tentu dapat
menghasilkan ribuah bahkan jutaan penonton setelah diwujudkan menjadi video.
Kreativitas yang tinggi membuat mereka meraup banyak penggemar yang diikuti
penghasilan yang melimpah dari monetisasi akun media sosialnya.
Kemampuan literasi yang baik mampu menghindarkan generasi
muda kita dari bahaya kemajuan teknologi.
Pelajar yang saat ini sudah sangat akrab dengan internet dalam segala
bentuk gawainya wajib memiliki kemampuan menyaring informasi. Ada jutaan
informasi yang tersedia di sana. Baik itu media sosial, portal media online,
blog, vlog, dan sebagainya. Setiap hari mereka bergelut dengan segala bentuk
informasi, dan tidak semuanya positif atau
bermanfaat. Bisa saja mereka berpapasan dengan situs judi online,
prostitusi, bahkan human trafficking.
Kita tidak bisa menjamin mereka akan aman berselancar di dunia maya.
Saat ini tidak sedikit anak-anak muda yang kebablasan dalam
menyelami dunia maya. Karena tidak dibekali literasi yang baik, mereka dengan
mudahnya terjerumus ke dalam dunia hitam yang dapat menyengsarakan hidup mereka
sendiri. Banyak anak muda yang tergerak hatinya untuk bergabung dengan
kelompok-kelompk organisasi radikal seperti ISIS dan Alqaeda karena mereka
mendapatkan informasi yang sesat di internet. Apalagi dengan minimnya informasi
yang dapat menjadi referensi pembanding. Mereka hanya membaca pada satu sumber
tanpa memiliki kemampuan dan wawasan untuk membandingkan dengan sumber yang
lain. Hal tersebut membuat mereka tidak mampu berpikir jernih dan proporsional
sehingga membuat keputusan yang salah.
Bentuk-bentuk provokasi
pun mengintai generasi muda. Terlebih di tahun politik, para politisi
mengincar suara mereka agar tujuan politiknya dapat tercapai. Selebaran dan konten video dibagikan biasanya
hanya menampilkan informasi yang tidak utuh, menimbulkan ambiguitas, bahkan
cenderung memprovokasi. Bila generasi muda tidak memiliki kecakapan literasi,
mereka bisa saja terjebak pada fanatisme buta, termakan hoaks, yang
ujung-ujungnya bisa sampai mengantar mereka bermasalah dengan hukum pidana dan
bisa masuk penjara. Tidak sedikit anak muda yang dengan mudahnya mencaci
presiden, menyerang pribadi seseorang, menghujat orang lain di media sosial tanpa
mereka sadar bahwa apa yang mereka baca dan mereka tulis itu dapat merugikan
diri mereka sendiri dan orang lain.
Abad 21 dengan kemajuan
teknologi dan informasinya sejatinya sepeti pisau bermata dua. Di satu
sisi dapat dimanfaatkan untuk meraih kesuksesan di masa depan, tetapi di sisi
lain dapat sangat membahyakan diri sendiri dan orang lain. Dengan memiliki
kecakapan literasi, generasi muda memiliki filter yang dapat menyaring berbagai
informasi. Peningkatan kemampuan berbahasa, membaca, dan menulis menjadi sebuah
keniscayaan. Meningkatkan minat baca dan menambah wawasan dapat menjadi benteng
dari segala bentuk paham dan ideologi yang menyimpang, membuat kita lebih
dewasa dalam menyikapi segala bentuk isu dan persoalan yang berada di
tengah-tengah masyarakat. Dengan mengasah kemampuan menulis, kita mampu
memposisikan diri sebagai penerus informasi positif yang mengedukasi masyarakat
agar dapat menjadi lebih baik lagi. Kemajuan teknologi dan informasi dapat
membuat segala bentuk tujuan positif
dapat segera tercapai. Mari berliterasi dan meningkatkan kecakapan literasi
dalam mengarungi Abad 21 yang penuh tantangan di dunia informasi.
No comments:
Post a Comment