Sunday, September 26, 2010

KUTUNGGU ENGKAU DI PELAMINAN SUCI


SEMINAR REMAJA MUSLIM

KUTUNGGU ENGKAU DI PELAMINAN SUCI

Ahad, 26 September 2010

Pukul 09.30 Wita

Pembicara : Askaryaman, S.Pd.

Panitia :Lembaga Dakwah Kampus Darul Ilmi Bulukumba

Gedung JSN 45 Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Sebuah Penegasan Haramnya Pacaran

Fitrah manusia di muka bumi ini salah satunya adalah diciptakan berpasang-pasangan. selayaknya makhluk lain di dunia. Oleh sebab itu, islam menunjukkan aturan-aturan yang dipakai dalam mengatur bagaimana manusia mendapatkan pasangan hidupnya.

Pasangan hidup yang halal diperoleh lewat jalur pernikahan yang sah sesuai agama dan hukum yang berlaku. Fenomena awam yang terjadi disekitar kita khususnya di lingkungan remaja adalah kehidupan berpasangan di luar nikah yang lazim disebut “pacaran”. Terbentuk cara pandang dalam pergaulan mereka bahwa seorang remaja dikatakan ketinggalan bila tidak memikili pasangan (pacar) sehingga diantara mereka menjadi minder dan berusaha bagaimana memperoleh pasangan lawan jenis sebagaimana yang dialami rekan-rekannya yang lain. Itulah salah satu gambaran terpuruknya akhlak remaja kita saat ini yang selalu memakai budaya barat sebagai kiblat dan mulai meninggalkan ajaran Alqur’an dan Assunnah.

Seminar sehari yang menghadirkan Ustadz Askaryaman, S.Pd. dari Makassar ini mengulas seluk beluk remaja. Bagaimana kehidupan asmara remaja saat ini, masalah yang mereka alami, serta arahan yang baik bagi remaja. Guru SMKN 1 makassar ini menerangkan pentingnya menikah bagi muslimin dan muslimat yang telah memenuhi semua persyaratan wajib nikah demi menghindari bahaya pergaulan bebas, bila mereka belum mampu menikah maka dianjurkan untuk berpuasa. Selain itu beliau juga menerangkan bahwa pacaran hanya menimbulkan mudharat yang besar bagi remaja tanpa mendatangkan manfaat. Sekalipun itu dengan menggunakan dalih pacaran yang islami. Karena dalam agama islam pun tidak mengenal pacaran seperti itu. semua itu hanyalah sebuah upaya melegitimasi agama demi kepentingan nafsu syahwat.

Pacaran adalah sebuah komitmen yang semu. Menimbulkan banyak kerugian bagi kedua belah pihak yang menjalaninya, utamanya bagi kaum wanita yang mana berada di posisi yang lebih banyak dirugikan. Pacaran dapat menutup pintu jodoh bagi seorang wanita karena mereka cenderung hanya kepada pacarnya , sedangkan ketetapan jodoh hanya Allah yang tahu kepastiannya. Bisa jadi lelaki yang mereka pacari nantinya memilih wanita lain untuk dinikahi, sedangkan di sisi lain si wanita terlanjur menunggunya hingga menolak lamaran lelaki lain yang berniat untuk menikahinya. Bukankah ini adalah sebuah kerugian besar bagi dirinya?

Pacaran adalah tahapan dapat mengantar kita menuju perzinahan. Segala aktifitas di dalamnya mengandung unsure dosa. Saling menatap dengan syahwat, berkhalwat (berdua-duaan), berpegangan tangan, berpelukan, hingga yang paling parang adalah sampai pada melakukan perzinahan yang kesemuanya adalah dosa.

Allah menganjurkan agar saling mencintai antar sesame manusia. Al Qur’an memberikan tuntunan untuk segala kebutuhan manusia. Tidak terkecuali dalam hal hubungan antar lawan jenis . Ini bertujuan agar manusia bisa dibedakan dengan hewan yang hanya memakai nafsu saja, berbeda dengan manusia yang mempunyai akal dan pikiran. Tuntunan-tuntunan yang ada dalam Al Qur’an dan Al Hadis menghindarkan kita jatuh ke lubang kenistaan yang dapat merendahkan harkat dan martabat serta kedudukan kita sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi.

Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk menikah. Karena dengan menikah kita termasuk orang yang telah menyempurnakan agama kita. pernikahan adalah sunnah rasulullah yang didalamnya bernilai pahala dan kenikmatan yang besar. Di dalamnya tercipta kasih sayang dan membuat pelakunya menjaga pandangan dan kehormatan. Kita dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat melanjutkan keturunan kita karena sesuai nasab dari anak yang dilahirkan istri kita. Selain itu pernikahan menghindarkan kita dari penyakit-penyakit kotor sejenis Aids, sipilis, dan lain sebagainya.

Setiap guru dan orang tua dihimbau agar memberikan nasehat dan arahan yang tidak terlalu keras dalam menyampaikan laranganberpacaran ini kepada kaum remaja. Selain emosi mereka yang labil, masa pubertas yang sedang mereka alami, juga saat para remaja masih mencari bentuk dan jati diri mereka sebagai manusia. Jangan sampai kita membuat agama bagi mereka menjadi momok yang menakutkan dan mengekang kehidupan mereka dengan semua larangan-larangan yang tidak populer dengan apa yang sedang mereka jalani. Tetapi kita harus menjadikan agama sebagai sumber motivasi mereka dalam mengarungi kehidupan.

Friday, September 24, 2010


Kampus STKIP Muhammadiyah Bulukumba saat ini sudah menjadi pilihan pertama buat generasi muda bulukumba yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah tinggi. bukan itu saja, dari kabupaten tetangga seperti bantaeng dan sinjai pun tak segan untuk menimba ilmu di sana. berangkat dari kemajuan ini sudah sepantasnya semua elemen di lembaga STKIP muhammadiyah bulukumba untuk bersama-sama meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. mulai dari tenaga pengajarnya, gedung perkuliahan, sarana penunjang belajar, staff tata usaha yang terampil, cepat, dan profesional, serta relasi yang baik dan saling mendukung dengan pemerintah daerah.
selain itu, akses menuju perbaikan harus dibuka selebar-lebarnya. salah satu contohnya adalah segala masukan, baik itu kritik maupun saran dari mahasiswa dan masyarakat yang sifatnya membangun. menurut saya evaluasi harus selalu dilakukan demi sesuatu yang lebih baik ke depannya. sebagai masyarakat intelektual kita sudah seharusnya berpiran terbuka (open minded).
kita semua ingin melihat alumnus-alumnus STKIP Muhammadiyah yang berkualitas baik dari segi intelektual dan akhlaknya. maju terus STKIP MUHAMMADIYAH BULUKUMBA!

Jember


Siang itu, aku, Ayah, Ibu dan dua adik dan tiga kakakku beserta suami dan istri mereka, juga keponakan-keponakanku yang lucu tiba di rumah nenek. Mobil yang kami kendarai berhenti tepat di depan pintu pagar besi sebuah rumah berarsitektur Joglo yang berdiri kokoh. Aku sama sekali tidak melihat adanya sambutan. Rumah itu tampak sepi. Tak ada satu pun penghuni yang keluar menyambut kedatangan kami meski kakak aku yang sedari tadi masih dibelakang kemudi membunyikan klakson mobil setiba kami di situ.
Ayah lalu berinisiatif untuk membuka pagar besi yang kelihatannya sedang tidak terkunci. Setelah berhasil membukanya, kami lalu masuk ke teras rumah. Ayah sedikit berteriak memberii salam sambil mengetuk pintu dengan bantuan sebuah gagang besi yang tergantung di mulut singa, berharap si empunya rumah segera membuka. Alat itu tergantung di tengah daun pintu dan memang berfungsi untuk mengetuk pintu. Sebuah asesoris yang klasik dan unik menurutku.

Thursday, September 23, 2010

Karena aku wong djowo


Dengan wajah layu pandanganku menerawang, beredar diantara pejalan kaki di trotoar dan lalu lalang kendaraan di jalan. Sesekali kuusap peluh di dahi yang tampak gelap karena terpaan teriknya sinar matahari siang. Panasnya cuaca membuat kepalaku penat, sampai tulang belulangku pun ngilu dibuatnya.
Di atas bangku sebuah kedai minuman pinggir jalan aku daratkan pantatku setelah beberapa meter kaki ini melangkah dari sekolah setelah jam pelajaran akhir usai. Tak terasa hampir setengah jam aku duduk disini. Bapak yang berada di sebelahku tampak menenggak tegukan terakhir es kelapa mudanya. Begitu juga dengan pasangan wanitanya yang tampak santai tapi serius menyeruput cairan buah segar tersebut melalui ujung pipetnya
Si Abang penjual minuman tampak sesekali melirik ke arahku. Mungkin dia mengira aku hendak numpang Ngadem gratis. Tanpa rasa bersalah aku cuek aja meski sesekali dilihat sinis oleh si abang penjual.

Wednesday, September 22, 2010

Sosiologi Pendidikan

Sosiologi Pendidikan
1. Pengertian sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam system memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut11.
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses social.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan (Nasution 1999:4)
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidika.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan merupakan bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta didik.
1. Tujuan sosiologi pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
5. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat keruntuhan nilali-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham (1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yangb terealisasi dalam laku ibadah”.
Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui pendidikan.
1. Masyarakat sebagai ruang lingkup pembahasan sosiologi pendidikan
Sosiologi disebut juga sebagai ilmu Masyarakat atau ilmu yang membicarakan masyarakat., maka perlu diberikan pengertian tentang masyarakat. Berikut ini adalah pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi:
1. Masyarakat merupakan jalinan hubungan social, dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page).
2. Masyarakat adalah kesatuan hidup makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu system adat istiadat tertentu. (Koentjaraningkat).
3. Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaa. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsure yang terdapat dalam masyarakat, yaitu:
1. Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih)
2. Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system komunikasi dan tata cara pergaulan lainnya.
3. Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan
4. Merupakan system kehidupan bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Komunitas (communiti) adalah suatu daerah/wilayah kehidupan social yang ditandai oleh adanya suatu derajat hubungan social tertentu. Dasar dari suatu komunitas adalah adanya lokasi (unsure tempat) dan perasaan sekomunitas. (Mac Iver dan Page).
Contohnya: 1). Komunitas yang sangat besar adalah Negara, persekutuan Negara-negara. 2). Komunitas yang besar, adalah kota, dan 3). Komunitas kecil adalah desa pertanian, rukun tetangga, dan sebagainya.
2. Objek sosiologi
Sesuai dengan pengertian sosiologi, maka objek sosiologi, yaitu:
a. Struktur sosial, adalah jalinan dari seluruh unsure sosial
b. Unsure-unsur sosial yang pokok, adalah norma, lembaga sosial, kelompok sosial.
Proses sosilal adalah pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi system sosial.

Sejarah perkembangan sosisologi
Bowman membagi perkembangan sosiologi dalam 4 fase.
a. Fase pertama,. Dimana psosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama. Pada fase ini soiologi masih menjadi cabang filsafat.
b. Fase kedua, timbul keinginan-keinginan untuk membangun system berdasarkan pemgalaman-pengalaman dari peristiwa nyata (empiris).
c. Sosiologi pada fase ketiga. Merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
d. Fase keempat, cirri utamanya adalah: keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang objek sosiologi sekaligus memberikan / memiliki pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus.
Turgot merumuskan 3 fase pertumbuhan;
1. Tingkatan alam pikiran mistik keagamaan yang berpangkal pada suatu hayal.
2. Tingkatan alam pikiran metafisika.
3. Tingkat ilmu pengetahuan pengalaman (empirirs) berdasarkan kenyataan-kenyataan (tingkatan alam pikiran positif).

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi dapat memenuhi syarat sebagai ilmu karena;
a. Memilki objek yang jelas
b. Mempergunakan metode-metode ilmiah
c. Merupakan hasil penelitian/penelaahan sosiologi yang tersusun menjadi satu kesatuan yang bulat sistematis, logis, dan saling berhubungan sehingga membedakan diri dengan ilmu lainnya.
Sosiologi memilki cirri-ciri, yaitu;
a. Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial
b. Sosiologi bersifat kategoris
c. Sosiologi termasuk ilmu murni
d. Sosiologi bersifat generalis
e. Sosiologi bersifat abstrak
f. Sosiologi rasional, sekaligus empiris
g. Sosiologi merupakan ilmu yang umum

Kegunaan atau faedah sosiologi, yaitu
a. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran atau pengertian tentang berbagai problem sosial, asal-usul atau sumber terjadinya, prosesnya, dansebagainya.
b. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian tentang masyarakat secara luas. Hal-hal yang dapat diketahui dari sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan antara lain;
1. Kebutuhan / tuntutan masyarakat setempat
2. Stratifikasi sosial
3. Letak pusat-pusat kekuasaan
4. System dan saluran-saluran komunikasi
5. Perubahan-perubahan sosial
Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil karya dari cipta, rasa dan karsa manusia. Ada beberapa definisi dari beberapa pakar, yaitu:
1. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks, yang mencakup kepercayaan, pengetahuan, seni,moral, hukum, adat-istiadat dan kecakapan-kecakapan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang diperoleh/dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat (Edy Taylor).
2. Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kedudukan manusia dari tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar dan yang tersusun dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat).
3. Kebudayaan ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa manusia (Selo Soemardjan dan Soemardi).
Kebudayaan terbagi atas 2, yaitu;
1. Kebudayaan material (berwujud konkret)
2. Kebudayaan non material (berwujud abstrak)
Unsure-unsur kebudayaan
Menurut C.Klucjkhoholn, ada 7 macamunsur kebudayaan ,yaitu:
a. System religi dan upacara keagamaan
b. System dan organisasi kemasyarakatan
c. System pengetahuan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. System mata pencaharian untuk hidup
g. System teknologi dan peralatan

Menurut Ralph Linton, unsure kebudayaan mulai dari yang terbesar ke yang terkecil, yaitu:
1. Cultural universe
2. Cultural activities (hidup untuk berburu)
3. Trait complexes (berburu dengan panah).
4. Traits (panah)
5. Items (tombak).
Kebudayaan dan kepribadian
Dua pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian, yaitu:
a. Theodore Neocamb, kepribadian merupakan organisasi atau himpunan dari sikap-sikap yang dialami seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.
b. Allport, Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari system psikofisik seseorang yang menentukannya dalam mengadakan penyelesaian terhadap lingkungan secara khas.
Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, yaitu:
a. Factor biologis,
b. Psikologis,
c. Sosiologis,
d. Budaya,
e. Lingkungan alat fisik,
f. Kebudayaan khusus.
Lembaga kemasyarakatan /sosial
Ada 3 istilah yang biasa digunakan dalam sosial institution, yaitu:
a. Bangunan sosial
b. Pranata sosial
c. Lembaga sosial
Lembaga kemasyarakatan ialah struktur sosial beserta perlengkapannya yang dengan struktur sosial ini masyarakat manusia mengatur, mengarahkan dan melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Major polak menegaskan bahwa institusi atau lembaga merupakan system peraturan, sedangkan asosiasi ialah kelompok yang berstruktur dan bertindak menurut peraturan tersebut.

Norma dan macam-macamnya:
a. Alvin Bertrand, norma ialah tingkah laku yang diterima atau diperlakukan dalam keadaan tertentu.
b. Menurut sheriff and sheriff, norma ialah pengertian umum yang seragam antara anggota kelomok mengenai cara-cara bertingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota apabila mereka berhadapan dengan situasi yang bersangkut paut dengan kehidupan berkelompok.
Beberapa norma menurut tingkatannya:
1. Robbin M. Williams
a. Norma teknis atau kognitif
b. Norma konvensi
c. Norma moral
2. Alvin Bertrand]
a. Folkways (kebiasaan)
b. Mores (tata kelakuan)
c. Louis (aturamn atau hukum)
3. Selo sumardjan dan Sulaiman Sumardi
a. Cara, norma yang mempunyai sanksi ringan.
b. Kebiasaan, cara bertingkah laku yang sering dilakukan dan diterima.
c. Tata kelakuan, kebiasaan yang memilki norma yang mengatur kelakuan.
Tipe-tipe atau macam lembaga sosial
1. Menurut perkembangannya dibedakan menjadi 2, yaitu;
 Muncul atau tumbuh dengan sendirinya
 Ditumbuhkan dengan sengaja
2. Menurut kepentingannya:
 Basic institution
 Subsidiary institution (tidak penting atau pokok, lembaga rekreasi)
3. Menurut penerimaannya;
 Diterima
 Tidak diterima
4. Menurut penyebarannya:
 Menyeluruh
 Terbatas
5. Menurut fungsinya, dibedakan menjadi 2, yaitu:
 Menghimpun
 mengendalikan

Diktat Seminar Pendidikan

SEMINAR PENDIDIKAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu mengorganisir dan menyelenggarakan seminar.
2. Mampu menyusun dan mempresentasekan makalah dalam praktek seminar.
Garis-Garis Besar Materi Pembelajaran:
I. Pengertian
a. Seminar
b. Symposium
c. Loka karya
d. Panel diskusi
II. Bagaimana mengorganisir dan menyelenggarakan seminar
III. Pengertian makalah
a. Kemampuan apa yang harus dimiliki untuk menyusun makalah
b. Cara berpikir yang digunakan
c. Tahapan-tahapan dalam menulis makalah
a) Analisis variabel
b) Identifikasi alternative jawaban
c) Menyusun off line
d) Menyusun laporan
d. Rambu-rambu penilaian makalah
IV. Praktek seminar

Uraian Materi
1. Pengertian
a. Seminar
Sebuah bentuk pertemuan ilmiah yang dilaksanakan dengan menghadirkan beberapa pakar atau ahli yang menyampaikan pandangan sebagai sebuah alternative untuk memecahkan masalah dalam bentuk tertulis.
Makalah yang disajikan itu dapat berupa hasil-hasil penelitian yang orisinil atau kajian-kajian teoritis yang bersifat ilmiah yang diangkat dari bahan pustaka. Seminar di perguruan tinggi telah menjadi salah satu bentuk pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum. Dalam penyelenggaraan sebuah seminar terdapat banyak komponen yang harus ada, antara lain:
- Ada kepanitiaan, baik stering SC atau organizing OC
- Kelompok tim perumus
- Kelompok tim pemateri
- Moderator
- Peserta, dst.
Masing-masing komponen memainkan peranan sesuai dengan fungsinya sehingga merupakan sebuah system, efektifitas sebuah penyelenggaraan seminar dipengaruhi oleh banyak factor terutama antara lain:
1. Luasnya materi yang akan diseminarkan. Ketika materi yang akan didiskusikan dalam seminar dinilai terlalu luas cakupannya, mengharuskan kita untuk membagi-bagi dalam beberapa seri yang lebih kecil untuk memudahkan kita untuk membagi-bagi dalam beberapa sesi yang lebih kecil untuk memudahkan jalannya diskusi.
2. Kemampuan pimpinan siding (Moderator) untuk mengarahkan peserta dalam berdiskusi. Untuk hal itu maka, seorang moderator harus mempunyai kemampuan untuk segera setelah materi disajikan, mampu menumbuhkan/ menentukan pokok-pokok materi yang seharusnya untuk didiskusikan, sehingga diskusi akan berjalan lancer dan pelaksanaan seminar dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah disiapkan.

b. Symposium
Symposium adalah salah satu pertemuan ilmiah yang menghadirkan beberapa ahli atau pakar dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai suatu pokok pembicaraan tampil menyampaikan pendapatnya, dan para pendengar atau partisipan mengambil bagian dalam diskusi. Symposium itu sendiri menghasilkan kumpulan pendapat atau beberapa alternative.

c. Loka karya
Loka karya adalah sebuah pertemuan ilmiah yang dilaksanakan karena ada sebuah kegiatan dan memerlukan kesamaan persepsi dan tindakan untuk melaksanakannya. Peserta mendapatkan pengetahuan dan juga skill, sehingga peserta nantinya selain mampu memahami kegiatan itu, juga secara teknis operasional mampu dilaksanakan dengan baik.

d. Panel diskusi
Panel diskusi adalah sebuah pertemuan ilmiah dengan menghadirkan beberapa pakar untuk menjadi kelompok panelis yang akan berdiskusi di depan peserta dan dipimpin oleh seorang moderator.

Pentingnya Kecakapan Literasi Baca Tulis Abad 21

Oleh: Muh.Nurholis, S.Pd. Guru SMP Islam Athirah Bone Secara terminologi, literasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk meng...