Monday, October 25, 2010

Sejarah Pendidikan


Tugas Sejarah Pendidikan

1. Kemukakan dan jelaskan ciri-ciri pendidikan belanda!
Jawab:
Ciri-ciri pendidikan belanda, antara lain:
a. Gradualisme yang luar biasa dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia.
Gradualisme diartikan sebagai siasat untuk mengadakan perubahan dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit sehingga perkembangannya terjadi dalam waktu yang relative lama.
b. Dualisme dalam pendidikan dengan menekankan perbedaan yang tajam antara pendidikan belanda dengan pendidikan pribumi.
Artinya dalam system pendidikan yang diberikan terdapat diffrensiasi, baik dari segi rasial, sosial, maupun linguistic. Terdapat juga perbedaan yang sangat mencolok antara anak-anak belanda dengan anak-anak pribumi. Anak belanda dimasukkan kesekolah kelas satu dan diberi akses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan anak pribumi dimasukkan ke sekolah rendahan dan jenjangnya hanya sampai di situ saja.
c. Kontrol sentral yang kuat
Terjadi prosedur hierarkis yang sangat kuat. Segala kegiatan pendidikan yang diketahui inspektur atau panitia khusus akan dimintai keterangan oleh departemen yang membidangi pendidikan untuk kemudian dilaporkan kepada gubernur jenderal, yang kemudian memberikan laporan kepada dewan hindia belanda (Rad Van indie)untuk menerima advis dan kemudian menyerahkan masalah itu kepada menteri jajahan yang nantinya dipakai untuk membuat kebijakan. Menteri jajahan sendiri memangku jabatan sebagai wakil dari raja belanda dimana gubernur jenderal bertanggung jawab langsung kepadanya.
d. Keterbatasan tujuan sekolah pribumi, dan peranan sekolah untuk menghasilkan pegawai sebagai factor penting dalam perkembangan pendidikan.
Sekolah yang didirikan untuk anak Indonesia sebenarnya bertujuan untuk mendidik mereka menjadi pegawai di perkebunan pemerintah yang senantiasa berkembang selama masa tanam paksa.
e. Prinsip konkordansi yang menyebabkan sekolah di Indonesia sama dengan di negeri belanda.
Prinsip korkodansi bertujuan untuk menjaga agar sekolah-sekolah yang ada di hindia belanda memiliki standar yang sama dengan sekolah di negeri belanda sehingga mempermudah perpindahan murid-murid di hindia belanda ke sekolah di negeri belanda.
f. Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak pribumi.
Sekolah-sekolah untuk anak pribumi yang tersebar di daerah-daerah masing-masing berdiri sendiri-sendiri tanpa ada hubungan organisasi antara yang satu dengan yang lain dan tanpa jalan untuk melanjutkannya. Berbanding terbalik dengan sekolah yang disediakan untuk anak-anak belanda yang mempunyai organisasi yang lengkap sama dengan sekolah di negeri belanda.

2. Kemukakan inti politik pendidikan kolonial belanda menurut Brugman!
Menurut Brugman, politik pendidikan merupakan inti dari politik colonial itu sendiri. Maksudnya adalah politik pendidikan itu dijalankan adalah untuk memperkuat kolonisasi belanda di daerah jajahannya. Politik pendidikan tidak terlepas dari kepentingan ekonomi, maupun kekuasaan. Pada masa VOC, politik pendidikan dijalankan untuk menyebarkan agama protestan dan melenyapkan agama katolik yang merupakan pengaruh dari bangsa portugis setelah belanda berhasil mengusir bangsa portugis di Indonesia bagian timur. Setelah VOC dibubarkan, pemerintah belanda menjalankan politik pendidikan demi pemenuhan sumber daya manusia yang terampil untuk menjadi pegawai untuk mengelola perkebunan pemerintah pada era tanam paksa.

3. Jelaskan manfaat politik etis terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia saat itu!
Politik etis memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, karena dijadikan sebagai titik awal kebangkitan masyarakat intelektual Indonesia untuk bangkit dan melawan penjajah.

4. Kemukakan alasan-alasan pembentukan sekolah-sekolah belanda oleh VOC di daerah Batavia dan Maluku!
VOC mendirikan sekolah belanda di Maluku bertujuan untuk melenyapkan agama katolik dengan menyebarkan agama protestan, calvinisme. Sedangkan sekolah Belanda didirikan di Batavia adalah untuk mendidik anak belanda dan jawa agar menjadi pekerja yang kompeten bagi VOC.

5. Kemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh VOC!
- Sekolah-sekolah didirikan untuk melenyapkan agama katolik dan menyebarkan agama protestan.
- Pendidikan di batavia digalakkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten bagi voc.
- Semua sekolah pada satu wilayah berada di bawah pengawasan gereja.
- Kurikulumnya mengacu pada gereja.
- Pembelajarannya dilaksanakan secara individu dan belum menerapkan pembelajaran klasikal.

6. Jelaskan pengertian “pendidikan bebas terbatas”!
Artinya adalah pendidikan diselenggarakan tidak hanya untuk anak-anak belanda, tetapi juga memberikan kesempatan kepada anak pribumi untuk bebas mengenyam pendidikan. Hanya pendidikan untuk anak pribumi terbatas sampai pada jenjang tertentu dan tidak diberi akses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

7. Kemukakan persamaan dan perbedaan pendidikan yang diberikan kepada anak belanda dan anak Indonesia!
Persamaannya adalah anak-anak Indonesia diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan sebagaimana anak-anak belanda. Yang membedakan adalah system pendidikan bagi keduanya. Inspeksi, kurikulum, bahasa pengantar dan jumlah pembiayaan antara sekolah belanda dan sekolah Indonesia dibedakan satu sama lain, begitu juga dengan sekolah menengah sebagai kelanjutan dari pendidikan. Bagi anak belanda disediakan sekolah lanjutan, sedangkan untuk anak Indonesia tidak diberi kjesempatan untuk meneruskan pelajaran dan merupakan jalan buntu.
8. Kemukakan bentuk kurikulum yang diterapkan pada sekolah-sekolah VOC!
Kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut peraturan sekolah 1643, tugas guru ialah: memupuk rasa takut terhadap tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajar anak berdo’a, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru.

Thursday, October 21, 2010

Niskala, Gajah Mada Musuhku


HANAOKI – BLOGNYA PARA EBOOKER
Niskala, Gajah Mada Musuhku Jumat, Okt 15 2010

Hermawan Aksan and Novel and Novel Indonesia hanaoki 9:31 am

i

Rate This

Quantcast

Author : Hermawan Aksan
Judul : Niskala, Gajah Mada Musuhku
Penerbit : Bentang Pustaka
Penyunting : Imam Risdiyanto
Perancang Sampul : Andreas Kusumahadi
Pemeriksa Aksara : M. Taufikul Basari
Penata Aksara : gores_pena
Tebal Buku : 304 halaman
Ebook (djvu) by syauqy_arr

SINOPSIS

Anggalarang masih ingat dengan jelas, seakan-akan baru terjadi kemarin, atau kemarin dulu, tatkala wajah kakaknya, Dyah Pitaloka, memancarkan cahaya gemilang untuk menjemput kebahagiaan di tanah Jawa. Putri kesayangan Kerajaan Sunda itu siap bersanding dengan seorang raja besar, raja terbesar, dari Majapahit Wilwatikta, negeri terbesar di Dwipantara. Ah, putri tercantik bersanding dengan raja muda paling berwibawa, bukankah tak ada kebahagiaan yang bisa melebihinya?

Namun, kenapa ibu dan pamannya, terkesan tak mau menceritakan apa yang terjadi pada ayah dan kakaknya di sana? Adakah sesuatu yang harus dikubur dalam-dalam? Adakah nista yang membuat kisah menyedihkan itu tak layak dipahaminya? Padahal ia adalah putra satu-satunya Prabu Maharaja, satu-satunya ahli waris takhta Kerajaan Sunda, dan bahkan kemudian bergelar Prabu Anom Niskala Wastukancana?

Sunday, October 17, 2010

ATLANTIS, The Lost Continen finally found


[Buku] Ternyata Atlantis Itu di Indonesia
Judul buku: Atlantis, The Lost Continent Finally Found
Penulis : Prof Arysio Santos
Penerbit: Ufuk Press, Jakarta
Cetakan: I, November 2009
Tebal : iv + 677 halaman


CERITA mengenai keberadaan Benua Atlantis hingga kini terus menjadi misteri sejak dideskripsikan filsuf Yunani, Plato, pada ribuan tahun lalu dalam dua dialognya, ''Timaeus'' dan ''Critias". Tak hanya Plato, penulis kuno klasik lainnya seperti Homer, Hesiod, Pindar, Orpheus, Appolonius, Theopompos, Ovid, Pliny si tua, Diodorus Siculus, Strabo, dan Aelian juga ikut meramaikan soal keberadaan Atlantis.

Kenyataan ini pada akhirnya memunculkan perdebatan tak kunjung usai di kalangan saintis klasik dan modern. Bahkan, masing-masing meletakkan Atlantis di tempat yang mereka yakini sesuai dengan hasil temuannya seperti Al-Andalus, Kreta, Santorini, Siprus, Timur Tengah, Malta, Sardinia, Troya, Antartika, Australia, Kepulauan Azores, Tepi Karibia, Bolivia, Laut Hitam, Inggris, Irlandia, Kepulauan Canary, Tanjung Verde, Isla de la Juventud dekat Kuba, dan Meksiko.

Pandangan yang paling mutakhir mengenai Atlantis -dan sangat mengejutkan kita- datang dari seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil Prof Arysio Santos. Dia membantah tesis di atas dan meyakini bahwa Atlantis yang pernah digambarkan Plato sebagai sebuah negara makmur dengan kekayaan emas, batuan mulia, dan mother of all civilization dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga itu adalah Indonesia.

Kesimpulan Santos yang merujuk pada pandangan Plato bukan tanpa pertimbangan kuat. Selama 30 tahun ia melakukan studi dan penelitian. Selama itu pula hidupnya dipergunakan untuk mengungkap letak Atlantis yang sebenarnya. Hasil penelitiannya itu kemudian ia tulis dalam buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization. Untuk memperkuat argumentasinya, Santos juga merujuk pada tradisi-tradisi suci tentang mitos banjir besar yang melanda seluruh dunia.

Dalam buku ini, secara tegas Santos menyatakan bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis. Mereka memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi. Itu terjadi sebagai hukuman dari Tuhan atas keserakahan dan keangkuhannya.

Dengan menggunakan perangkat ilmu pengetahuan mutakhir seperti geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan comparative mythology, Santos juga mengungkap sebab-sebab hilangnya Atlantis dari muka bumi. Dia pun membantah hipotesis yang menyatakan bahwa musnahnya Atlantis disebabkan tabrakan meteor raksasa yang disebabkan oleh komet dan asteroid. Menurut Santos, tabrakan di luar angkasa itu adalah order of magnitude yang lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan letusan gunung berapi.

Hipotesis lain yang dibantah Santos adalah tesis yang mengatakan Atlantis musnah disebabkan pergeseran kutub dan memanasnya Antartika pada zaman es. Menurut Santos, fenomena seperti itu mustahil terjadi pada masa lalu jika dilihat dari sisi fisik dan geologisnya.

Musnahnya Atlantis, menurut Santos, lebih disebabkan banjir mahadahsyat yang menenggelamkan hampir seluruh permukaan dunia, yang membinasakan 70 persen penduduk dunia -termasuk di dalamnya binatang. Yang memegang peran penting dalam bencana tersebut adalah letusan Gunung Krakatau dan Gunung Toba, selain puluhan gunung berapi lainnya yang terjadi hampir dalam waktu yang bersamaan.

Bencana alam beruntun itu, kata Santos, dimulai dengan ledakan dahsyat Gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar, yaitu Selat Sunda, hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa. Letusan tersebut menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran rendah antara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, antara Jawa dan Kalimantan, serta antara Sumatera dan Kalimantan. Bencana besar itu disebut Santos sebagai ''Heinrich Events''.

Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa fly-ash naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (zaman es pleistosen). Abu itu kemudian turun dan menutupi lapisan es. Karena adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Gletser di Kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.

Banjir akibat tsunami dan lelehan es itulah yang mengakibatkan air laut naik sekitar 130 hingga 150 meter di atas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam di bawah permukaan laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Tekanan air yang besar itu menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya zaman es pleistosen secara dramatis.

Terlepas dari benar atau tidaknya teori tersebut, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia. Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali ''tidak meyakinkan'' untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya, ini adalah suatu proses dari hukum alam tentang masa keemasan dan kemunduran suatu bangsa. (*)

Wednesday, October 13, 2010

MARAH



Marah bisa keluar karena persoalan-persoalan yang kita miliki dan belum terselesaikan. Misalnya, masalah keluarga, tugas-tugas kuliah, uang dan pekerjaan rumah yang bertumpuk. Ketika kita merasa banyak terbebani oleh persoalan-persoalan, sensifitas hati dalam diri kita lebih banyak bekerja dari pada menggunakan pikiran sehatnya. Sehingga ketika kita merasa tersinggung, otak kita menjadi blank karena kuatnya dorongan hati untuk melakukan sesuatu. Jalan untuk menghindari kemarahan yang bisa berakibat fatal, mau nggak mau kita harus belajar mengendalikan diri dengan cara berfikir bahwa menonjok orang yang salah adalah salah. Sebab sekecil apapun beradu fisik akan berbuntut pahit.

MALAS


Malas
Aktifitas yang monoton selalu menimbulkan rasa jenuh dan bosan yang bisa bikin kita bermalas-malasan. Bisa juga alas an karena kita nggak bisa ngapa-ngapain yang selalu berujung pada pribadi yang malas dan pasrah pada kehidupan. “yah… gini-gini aja gue!” Atau kita sering juga mendengar teman-teman kita yang selalu bilang “nanti-nanti gue juga bisa….!” Terus kalo kita nanya, kapan? Jawabannya “ya.. nanti! masak sih gue nggak bisa berubah”. Kalo sudah begini paling kita bisa “iya deh,,,,,”

Takut


Takut

Perasaan takut siapapun pasti memilkinya. Entah itu takut sama munculnya orang dari dunia lain, takut karena merasa bersalah, bahkan yang lebih positif “takut kepada tuhan”. Itu manusiawi. Hanya saja, ketakutan yang berlebihan akan membuat kita cengeng dan culun pada perubahan yang terjadi. Sebab, selain kehilangan banyak waktu untuk mewujudkan keinginan-keinginannya, terlalu lama dalam ketakutan akan membuat diri kita terus berada di pojokan.

Memang, ada beberapa ketakutan yang tidak bisa kita hindari sehingga kita bisa membatasi diri dari sikap terlalu berani yang berakibat buruk bagi kehidupan kita. jadi, jangan takut!

Kepribadian Manusia dari Status Facebook


Facebook sebagai jejaring sosial yang sedang booming...memang sangat menarik untuk di bahas. Dari mulai membersnya yang semakin meningkat..fitur2nya yang keren, kuis2nya yang aneh dan menarik. Hingga anggapan bahwa kepribadian manusia bisa di lihat dari statusnya di facebook.

Berikut kutipan beritanya..kepribadian manusia dari status facebook.

1. Manusia Super Update
Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.

Contoh : "Lagi makan di restoran A..", "Dalam perjalanan menuju
neraka..", "Saatnya baca koran..", dan sebagainya.

2. Manusia Melankolis
Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yg terbaik kepada yang lain.

Contoh : "Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..".

3. Manusia Tukang Ngeluh
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.

Contoh : " Jakarta maceeet..!! Panas pula..", "Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!", "Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do' i..", dsb.

4. Manusia Sombong
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.

Contoh : "Otw ke Paris ..!!", "BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..", "Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,"

5. Manusia Puitis
Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.

Contoh : "Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan", "Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", "Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu".

6. Manusia in English
Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis Gicyu Low..

Contoh : "Tie and Chair..", "I can tooth, you Pink sun.." dsb..

7. Manusia Lebay
Updatenya selalu bertema 'gaul' dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..

Contoh.." met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah... xixiixi" << lol~

8. Manusia Terobsesi...
Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.

Contoh : "duwh... sesi pemotretan lagi! cape..."

9. Manusia Sok Tau..
Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.

Contoh : "Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla...bla,"

10. Bioskop Mania..
Update film yang abis ditonton dan kasih comment..

Contoh : "ICE AGE 3..Recomended! !", "Transformers 2 mantab euy.."

11. Manusia pedagang:

Contoh: "jual sepatu bla bla bla"

12. Manusia penyuluh masyarakat:

Contoh: "jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla"

13. Manusia Alay..
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.

Contoh:
Alay 1 : "DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!"
Alay 2 : "km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? "
Alay 3 : "Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!"
(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikir
dulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)

14. Tipe Hidden Message
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..

Contoh : "For you my M***, I can' t live without you..you are my bla bla bla..",
"Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo.." <<< (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya.. mana bisa baca...:p)

15. Tipe Misterius
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud
dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan
Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin
hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya
mengundang kontroversi.

Contoh : "Sudahlah.." , "Telah berakhir.." <<< (apanya??),
"Termenung.. ." <<< (so what gitu, loh)


Sumber : okezone.com

Sunday, October 10, 2010

BUDAYA MEMBACA

Budaya Membaca Masih Memprihatinkan
Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu
Kamis, 7 Oktober 2010 | 19:57 WIB
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Membaca di perpustakaan.

JAKARTA, KOMPAS.com — Budaya membaca masih menjadi persoalan di Indonesia. Peningkatan minat membaca sejak dini di sekolah terkendala minimnya koleksi-koleksi buku yang menarik bagi siswa.

Jika melihat indikator sosial dan budaya Badan Pusat Statistik, salah satu yang dilihat adalah penduduk berumur 10 tahun yang membaca surat kabar atau majalah. Semakin tahun, jumlah itu semakin menurun.

Tahun 2009, baru sebanyak 18,94 persen yang membaca surat kabar atau majalah. Tahun sebelumnya, jumlah pembaca itu berada di kisaran 23 persen. Sebaliknya, jumlah penduduk yang menonton televisi terus meningkat. Tahun 2009, jumlahnya mencapai 90,27 persen, sedangkan tahun sebelumnya 85,86 persen.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia Setia Dharma Madjid di Jakarta, Kamis (7/10/2010), mengatakan bahwa minat baca belum menguat karena koleksi buku yang ada belum sesuai dengan kebutuhan mereka. "Kita mesti punya grand design kebutuhan buku secara nasional," kata Setia.

Kukuh Sanyoto, Direktur Eksekutif Serikat Penerbit Suratkabar bidang Pendidikan, mengatakan bahwa pemerintah mesti menyedikan informasi murah dan mudah untuk masyarakat. Untuk itu, perlu ada subisidi terhadap buku, surat kabar, dan lain-lain. Media literasi masyarakat masih terpusat di ibu kota.

Koleksi buku-buku di perpustakaan SD masih didominasi buku-buku teks pelajaran. Di sekolah-sekolah, jarang ada program rutin untuk membuat siswa biasa memanfaatkan perpustakaan.

RETORIKA

Retorika
Pilihan kata dalam retorika (diksi)
Pilihan kata dalam kamus besar bahasa Indonesia (kbbi) adalah pemanfaatan kata secara tepat dan selaras (sesuai penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan pokok pembicaraan atau suatu peristiwa kepada khalayak pembaca atau pendengar. Keselarasan diartikan sebagai kelaziman penggunaan kata dengan konteks.
harimurti kridalaksana mengartikan pilihan kata sebagai kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu. Definisi yang dikemukakan oleh kridalaksana dapat dibawa ke ranah sastra karena efek yang yang dihasilkan oleh sebuah pilihan kata. Jadi, berdasarkan dua pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pilihan kata adalah kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan dalam berbagai macam situasi.
Persyaratan ketetapan diksi:
1. Membedakan kata secara cermat (denotasi dan konotasi).
2. Membedakan dengan cermat kata yang hamper bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing,
6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatic (sesuai dengan kelaziman),
7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis yang berbicara harus membedakan kata umum dan kata khusus.

Friday, October 1, 2010

Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka penelitian ini akan difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi metode dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran

2.1 Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994).

2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

2.2.2 Metode Pembelajaran

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.

(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).

Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk belajar mengajar.

(1) Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).

Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.

Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media

Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

(3) Bentuk Belajar Mengajar

Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.

Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.

Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa.

Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.

Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.

Saksomo (1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran menyimak dan berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6) metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan.

Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.

(1) Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.

(2) Metode Pembelajaran

Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

(3) Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.

Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.


Dalam sebuah obrolan, salah seorang rekan saya tiba-tiba berkata
"kabar gembira buat anda saudara!! dengar-dengar Kampus mu bakal memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berprestasi untuk menjadi asissten dosen, selain itu beasiswa pasca sarjana juga akan diberikan."
wacana barusan dia peroleh dari sebuah harian lokal di daerah tempat saya bermukim.
Untuk kalimat yang pertama saya sudah mahfum, karena kampus memang memberi kesempatan kepada kami untuk mengabdi pada institusi bilamana kami mampu. tapi untuk kalimat kedua saya rasa itu masih berupa wacana. saya 80% masih belum yakin hal itu akan terwujud.
dalam lubuk hati yang paling dalam, wacana yang kabarnya terlontar dari ketua institusi tempat saya menimba ilmu Strata 1 itu merupakan sebuah impian yang sangat diharapkan dapat terwujud. selain dapat menambah motivasi kami para mahasiswa untuk lebih giat belajar, hasil dari apa yang kampus berikan itu toh nantinya akan kembali ke kampus dan mengabdi demi kemajuan kampus itu sendiri. tingginya biaya menempuh jalur pendidikan pasca sarjana adalah salah satu faktor alumni jarang yang melanjutkan ke jenjang itu. "apa mereka mau selamanya menjadi asisten saja?".
sungguh beruntung kami memiliki kampus yang senantiasa bermurah hati dengan menyalurkan beasiswa bagi mereka yang berprestasi. namun, mgkin kami lebih bangga lagi bila ibu ketua benar-benar mewujudkan wacana beasiswa lanjut pasca sarjana bagi mahasiswa.
maju terus STKIP Muhammadiyah Bulukumba!

Murid SMP Temukan Goa Misterius di Mars

Murid SMP Temukan Goa Misterius di Mars
Rabu, 23 Juni 2010 | 08:45 WIB
NASA
Foto Planet Mars yang direkam Teleskop Ruang Angkasa Hubble pada 26 Juni 2001.
TERKAIT:

* Mars Once Covered by A Vast Ocean
* Merah Mars, Biru Regulus di Langit Hitam
* Mars as You've Never Seen It before
* Pengorbit Mars Membuat Para Ilmuwan Kagum
* Pengalaman Enam Tahun Jelajahi Mars

CALIFORNIA, KOMPAS.com — Sekelompok murid kelas VII—setara kelas I sekolah menengah pertama—menemukan goa misterius di Planet Mars. Saat itu, mereka tengah mengerjakan proyek riset guna mempelajari citra yang diambil pesawat ruang angkasa NASA yang mengorbit di planet merah itu. Temuan itu berupa penampakan yang diduga merupakan lubang pada atap goa.

Keenam belas anak tersebut merupakan murid kelas sains dari Dennis Mitchell, guru kelas VII di Evergreen Middle School di Cotton Wood, California. Para murid itu tengah berpartisipasi dalam kegiatan Mars Student Imaging Program di Mars Space Flight Facility di Arizona State University.

Murid-murid diminta membuat semacam proposal riset dan kemudian diperbolehkan menggunakan kamera yang tengah mengorbit di Mars untuk mengambil gambar guna menjawab pertanyaan riset mereka.

Lubang yang mirip dengan temuan baru itu pernah ditemukan sebelumnya di bagian lain Mars pada 2007 oleh Glen Cushing, seorang ahli geologi asal Amerika. Cushing berpandangan, citra yang ditangkap itu menyerupai "lubang atap", tempat sebagian dari atap goa atau lubang aliran lava runtuh.

Liang itu diduga diakibatkan oleh aktivitas vulkanik di planet merah. Pada suatu masa, aliran lava keluar dari permukaan batuan dan meninggalkan bekas berupa liang setelah erupsi usai.

Ujung lubang itu tertutup oleh material yang mendingin dan sebagian "pipa" bekas aliran lava itu bisa saja ada yang ambruk.

Sejauh ini, para ilmuwan belum dapat memastikan jenis material yang tersimpan di dalam goa itu. "Lubang ini baru bagi kami para ilmuwan," ujar Cushing kepada para murid. Dia memperkirakan ukuran lubang itu 190 meter x 160 meter dan kedalamannya 115 meter.

Memburu aliran lava

Riset para murid itu bertujuan memburu pipa lava yang merupakan fenomena vulkanik di Bumi dan Mars.

"Mereka mengembangkan sebuah proyek riset dengan fokus menemukan lokasi "pipa" lava yang paling lazim di Mars. Apakah fenomena itu paling sering terjadi di puncak, sisi, atau dataran sekitar gunung," ujar Mitchell, guru mereka.

Mereka lalu meneliti sebuah foto utama dan cadangan dari Pavonis Monsvolcano (gunung) di Mars. Gambar itu diambil oleh alat penangkap citra Thermal Emission Imaging System (THEMIS) dari Odyssey, milik NASA yang sedang mengorbit. Foto cadangan yang mereka teliti malah memberikan kejutan: sebuah citra bundar gelap. Citra itu merupakan lubang di Mars yang mengarah kepada adanya goa terkubur di planet itu.

Temuan itu akan diperjelas lagi menggunakan kamera High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) pada Mars Reconnaissance Orbiter. Alat itu bisa menampilkan lebih banyak detail guna melihat ke dalam lubang itu. (SPACE.com/INE)
Editor: wah | Sumber : Kompas Cetak Dibaca : 45899
Sent from Indosat BlackBerry powered by

Pentingnya Kecakapan Literasi Baca Tulis Abad 21

Oleh: Muh.Nurholis, S.Pd. Guru SMP Islam Athirah Bone Secara terminologi, literasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk meng...